Oleh : Indah Fajar Wati
Pendirian Dinasti Idrisiyah, kerajaan Islam otonom pertama di kawasan Maghreb yaitu, di bagian barat Afrika Utara dengan ibu kotanya di Maroko, adalah salah satu elemen utama yang berkontribusi signifikan terhadap proses Islamisasi di wilayah Maroko. Idris bin Abdullah, seorang bangsawan Quraisy dan cicit Hasan bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, mendirikan dinasti ini pada paruh akhir abad kedelapan Masehi. Idris bin Abdullah mencari keamanan di daerah yang jauh dari pengaruh otoritas pusat untuk melarikan diri dari gejolak dan ketidakstabilan politik yang melanda kerajaan Islam di Timur, terutama sebagai akibat dari peperangan dengan Dinasti Abbasiyah. Dia akhirnya berhasil mencapai Maroko setelah perjalanan yang panjang, di mana ia disambut oleh suku Berber yang masih berasimilasi ke dalam Islam. Idris mendirikan pemerintahan Islam otonom di sana, yang kemudian terbukti menjadi titik balik yang signifikan dalam pengembangan organisasi keagamaan, penyebaran Islam, dan penguatan identitas Islam di Maroko dan Maghreb secara keseluruhan.
Pada tahun 788 M, Idris bin Abdullah tiba di Maroko, di mana ia diterima dengan hangat oleh penduduk setempat, khususnya suku Berber, yang masih menemukan prinsip-prinsip Islam. Meskipun sebagian dari mereka telah mulai menunjukkan minat pada agama baru ini, pengetahuan mereka masih terbatas dan belum sepenuhnya diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. Karena garis keturunannya dari Nabi Muhammad SAW, Idris I memperoleh legitimasi spiritual di lingkungan ini. Ia juga menunjukkan kemampuan kepemimpinan politik dan pemahaman teologis yang luas. Ia sangat disukai oleh penduduk setempat karena pesonanya, pemahaman teologis yang mendalam, dan keahliannya dalam berdakwah serta diplomasi. Saat Idris bin Abdullah datang ke Maroko pada tahun 788 M, ia disambut dengan hangat oleh penduduk setempat, terutama suku Berber, yang pada waktu itu masih dalam tahap mengenal dan mempelajari dasar-dasar ajaran Islam.
Meskipun beberapa di antara mereka telah mulai menunjukkan minat pada agama baru ini, pemahaman mereka masih cukup sedikit dan belum sepenuhnya terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam kondisi ini, Idris I memperoleh legitimasi spiritual karena keturunannya dari Nabi Muhammad SAW. Ia juga menunjukkan pemahaman agama yang mendalam dan kemampuan untuk memimpin secara politik. Pesonanya, pengetahuan teologis yang mendalam, dan keterampilannya baik dalam berdakwah maupun diplomasi membuatnya populer di kalangan penduduk asli.
Populasi Maroko dididik dan dipimpin ke arah pengetahuan Islam yang lebih mendalam dan terorganisir oleh Dinasti Idrisiyah. Selain dengan kuat menyebarkan doktrin Islam melalui khotbah publik, mereka membangun masjid, madrasah, dan fasilitas pendidikan lainnya dalam upaya untuk memperkuat dasar-dasar religius masyarakat. Idris II, putra Idris I, mendirikan kota Fes, salah satu warisan terpenting dan tertua dari dinasti ini. Dengan pendirian Universitas al-Qarawiyyin, yang kini dianggap sebagai salah satu lembaga tertua yang masih beroperasi di dunia, kota ini dengan cepat berkembang menjadi pusat budaya Islam di kawasan Maghreb. Fez menjadi pusat pengetahuan, filsafat, teologi, dan studi Islam berkat lembaga ini. Lembaga ini dikenal dan dihormati di seluruh dunia Islam, tidak hanya di Afrika Utara, dan menjadi simbol kemajuan intelektual dan spiritual.
Dengan mengumpulkan beberapa suku yang tersebar di seluruh Maroko, khususnya suku Berber, di bawah otoritas pemerintahan dan agama yang sama yang didirikan atas prinsip-prinsip Islam, dinasti Idrisid mencapai tonggak penting. Dinasti ini dengan gigih mempromosikan prinsip-prinsip Islam sebagai dasar negara dan kehidupan sosial sambil sekaligus memperkuat legitimasi otoritas mereka melalui sikap inklusif dan diplomatis. Pembentukan stabilitas politik dan sosial membuka jalan bagi pendirian sistem pemerintahan yang terorganisir dengan baik dan mempromosikan penyebaran prinsip-prinsip Islam yang sistematis dan teratur.
Kondisi ini juga memungkinkan lembaga keagamaan dan pendidikan untuk berkembang, yang sangat penting untuk meningkatkan kesadaran komunitas tentang Islam. Dengan basis yang kuat ini, Islam dengan cepat menyebar di seluruh Maroko, dan Dinasti Idrisiyah adalah pemain kunci dalam proses Islamisasi dan pengembangan identitas Islam yang kuat di Maghreb.
Banyak kelompok dan masyarakat Maroko mendapatkan banyak manfaat dari penyebaran pengetahuan dan pendidikan Islam selama pemerintahan Idrisiyah. Mereka membangun masjid, madrasah, dan sekolah selain dengan agresif mempromosikan Islam. Salah satu warisan sejarah yang paling penting adalah kota Fes, yang didirikan oleh Idris II, putra Idris I. Pendirian Universitas al-Qarawiyyin, salah satu universitas tertua dan terhormat di dunia, membantu kota Fes menjadi pusat pengetahuan dan studi Islam di kawasan Maghreb dan mencapai reputasi internasional.
Penulis Merupakan Mahasiswi Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.