Oleh : Setiadi Miranda S.I.P
“Kedaulatan Berada di Tangan Rakyat” begitulah kira-kira amanat Konstitusi Melalui pasal 1 ayat 2 UUD tahun 1945, oleh sebabnya rakyat sebagai penentu arah langkah suatu daerah atau negara nantinya sebagai daerah yang merdeka penuh.
Kabupaten Bener Meriah adalah kabupaten yang wilayahnya terletak tepat di tengah Provinsi Aceh dan juga sering di sebut sebagai daerah penghasil kopi. Di kabupaten ini sama halnya masyarakat hidup dengan aturan-aturan yang di buat oleh pemerintah dan segala kebijakan akan di tentukan oleh pemerintah pula oleh sebabnya pemerintah memegang kendali penting untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Pun demikian belakangan ini Bener Meriah bukan lah daerah baik-baik saja dalam segi finansial dan juga ekonomi masyarakat. Yang mana di ketahui belakangan ini Bener Meriah mengalami defisit anggaran mencapai 40 Miliar dan ini menjadi bukti bahwa pemerintah belum maksimal menjalankan fungsionalnya sebagai penopang harapan masyarakat. Sebuah kemunduran dan kekacauan yang terjadi di daerah Bener Meriah bukanlah sebuah hal kebetulan melainkan sebuah kelalaian pemerintah.
Pemerintah seyogyanya adalah pemangku kebijakan tertinggi yang di pimpin oleh seorang pemimpin dari hasil PILKADA, jika di Bener Meriah pemimpin Pemeritahannya di sebut sebagai BUPATI dan di dampingi dengan wakil bupatinya. Mereka yang dipilih adalah keputusan rakyat dan di sahkan dengan hasil pemilu secara demokratis.
Bupati dan wakil bupati memiliki visi dan misi, visi dan misi tersebut adalah pegangan mereka untuk dapat di pilih sebagai pemenang di kontestasi demokrasi tersebut.
Namun tak jarang ada beberapa calon yang hanya mengumbar visi misi manis tetapi tidak terimplementasi melainkan hanya memberi harapan angin surga bagi masyarakat ketika masa pemilihan tiba.
Seorang calon yang hanya memberikan harapan dan angin surga melalui visi misinya menjadi bukti nyata bahwa setelanya jika terpilih akan membebani masyarakat dan tentunya masyarakat tidak menemui titik kemerdekaan seutuhnya.
Berhubung ini memasuki bulan pilkada atau pemilu serentak untuk kepala daerah, masyarakat harus pandai melihat dan menela’ah mana pemimpin yang akan memberikan bukti nyata atau hanya sekedar memberikan dongeng sebelum tidur.
Problematika yang di hadapi daerah Bener Meriah saat ini adalah problematika serius dimana defisit anggaraan yang di alami dapat merambat kepada tumbuh kembangnya suatu daerah bahkan dapat memberi efek serius seperti hari ini yang dirasakan, banyak masyarakat mengalami kemiskinan ektrim, tidak adanya sentuhan tangan dari pemerintah, serta pembangunan yang terhambat.
Contoh tingginya kasus perceraian akibat perekonomian keluarga yang tidak stabil bahkan menurun di tengah masyarakat dan hal tersebut tidak dapat di selesaikan dan di tuntaskan oleh pemerintah. Masih banyak efek samping dari ke tidak mampuan pemerintah bener meriah sehingga berdampak kepada masyarakat luas.
Pun demikian problematika ini harus menemui jalan keluar untuk penyelesaian masalah yang ada. Rakyat sebagai pemegang penuh kekuasaan dalam kontestasi pilkada dapat menentukan arah dan pilihannya kepada siapa harus ia berlabu dan menitipkan suaranya di bener meriah. Kenapa harus demikian?
Sebab rakyat harus bangkit dari sebuah keterpurukan bangkit dari segala penindasan serta harus melawan bahwa oligarki harus kita tumbangkan, begitulah seharusnya rakyat yang membawa arah langkah bener meriah kedepannya.
Melihat dengan mata bahwa kejadian permasalahan-permasalahan di Bener Meriah tidak tuntas, lantas kita perlu siapa untuk membenahi carut marut dan tumpang tindih ketidak sejahteraan di Bener Meriah ini?
Tentu kita harus melihat hari ini bahwa sudah banyak calon kepala daerah yang terdaftar di KIP Bener meriah. Bahkan ada 4 calon yang dinyatakan KIP Bener Meriah untuk ikut kontestasi demokrasi nantinya.
Dengan di sahkan ya 4 calon yang ada berarti saat ini kita melihat ada 4 visi misi dari masing-masing calon yang ada. Sebagai rakyat yang tidak mau di tindas kembali dan merasakan hal yang sama oleh para oligarki kita perlu melihat siapa yang pantas dan siapa yang layak memimpin daerah penghasil kopi ini.
Seorang pemain tugasnya bukan hanya memberikan dongeng sebelum tidur dan setelahnya rakyat di Nina bobokan (rakyat di suruh tidur ketika terpilih). Seorang pemimpin seharusnya terbukti dan sudah teruji pernah memberikan dedikasi terhadap daerahnya sendiri dan begitulah seharusnya seorang pemimpin bekerja hati dan pikiran serta tenaganya hanya untuk rakyat.
Pasangan Tagore-Armia (TAGAR) adalah jawaban dari segala masalah yang ada di atas dan untuk Bener Meriah kedepannya. Dari 4 pasang calon Tagore adalah sosok pemimpin yang sudah terbukti teruji bagi Bener Meriah dan juga terlihat kinerjanya. Bahkan dari beberapa priodesasi Tagore tidak lagi memimpin Bener Meriah arah langkah Bener Meriah tidak begitu jelas bahkan banyak pemimpin-pemimpin setelahnya terlibat dalam perbuatan melawan hukum. Sehingga memberikan efek negatif bagi masyarakat, serta menyebabkan problematika yang tidak usai hingga saat ini.
Sebagai rakat tentu kepadanya tidak ingin lagi hal-hal ini timbul ke permukaan, sebuah traumatis yang dirasakan rakyat serta di tindas melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh oligarki yang tidak ada benifitnya untuk rakyat bener meriah itu sendiri.
Sudah saatnya rakyat bangkit untuk tidak lagi tunduk pada oligarki dan kroni-kroninya, dengan memberikan suara berharga ya kepada calon pemimpin yang sudah teruji dan berpihak kepada rakyat. Bukan hanya mengumbar manis sebuah janji tanpa pernah ada bukti nyata yang pernah dibuatnya.
Tagore-Armia (TAGAR) adalah bentuk kongkrit pemimpin yang berpihak pada rakyat dan sudah terbukti teruji nyata integritas dan loyalitasnya. Sebab calon yang terafiliasi dengan dosa-dosa oligarki harus dilawan dengan kekuatan rakyat dan di nahkodai oleh pemimpin yang berpihak pada rakyat juga yaitu Tagore-Armia untuk Bener Meriah lebih baik dan mensejahterakan rakyatnya.
Arah langkah Bener Meriah di tentukan oleh rakyat dan hasilnya di kembalikan kerakyat juga serta kebermanfaatan nya untuk rakyat. Kita tidak boleh memberikan ruang untuk para oligarki dan kroni-kroninya menindas rakyat karenanya.
Penulis merupakan, Kabid Bidang Pendidikan HIMABEM-SU Priode 2014-2016, Sekjend HIMABEM-SU Priode 2016-2018, dan sebagai Direktur Rakyat Kopi Tahun 2019 sampai sekarang, serta saat ini tergabung kedalam Relewan Komite Intelektual Pemenangan Tagar (KITEPE-TAGAR).