BENER MERIAH, GEMAPERS.COM – Seorang peneliti kopi, Kasman Dedi menyebutkan sebagian buah kopi arabika Gayo khususnya di Bener Meriah, kembali diserang hama Penggerek Buah Kopi (PBKo).
Musim panen kopi tahun 2025-2026 di Kabupaten Bener Meriah mencatat sejarah penjualan buah kopi cherry atau merah sudah menggunakan metode di rimbang dan yang mengapung di hargai Rp. 4000 sd Rp. 5000 Perkilonya, situasi ini tentu sangat berdampak terhadap ekonomi petani.
Salah satu factor penyebabnya adalah karena serangan hama PBKo, akibat serangan hama ini, serangan buah kopi menjadi sangat merugikan petani , ” kata Kasman dedi.
Ia mengungkapkan akibat hama itu juga warna buah kopi berubah menjadi kuning sehingga berjatuhan copot dari batangnya. Hama jenis PBKo awalnya hanya bisa ditemukan pada ketinggian 800 Mdpl.
“Namun akibat perubahan iklim global, hama PBKo sudah bisa hidup pada ketinggian 1.600 Mdpl. Ini penyakit serius, salah-salah masyarakat di sini bisa gagal panen,” ucapnya.
PBKo adalah singkatan dari Penggerek Buah Kopi, atau dalam nama ilmiahnya Hypothenemus hampei, yang merupakan hama serangga (kumbang) penting yang menyerang buah kopi dan dapat menyebabkan kerusakan biji, penurunan mutu, serta penurunan produksi kopi secara signifikan.
Populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan hamper tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji.
Umur serangga jantan hanya 103 hari,sedang serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156 hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00 dan daya rusaknya satu hamparan wilayah.
Kasman mengatakan pandemi PBKo harus diwaspadai oleh masyarakat khususnya petani. Pemerintah daerah juga perlu mengambil langkah-langkah serius terukur untuk menanggulangi serangan hama PBKo.
Kasman Dedi, SP – Peneliti kopi Lembaga Enveritas dan Yamada Spire