BANDA ACEH, GEMAPERS.COM – Balai Bahasa provinsi Aceh memberikan pembekalan kepada 51 orang guru utama SD dan SMP se-Kota Banda Aceh dalam hal Revitalisasi Bahasa Daerah Aceh untuk Tunas Bahasa Ibu yang berlangsung selama tiga hari, 4-6 Juni 2024 di Aula UPTD Tekkomdik, Kota Baru, Banda Aceh. Selasa (4/6/2024).
Bimtek ini merupakan tindaklanjut dari Rakor dan DKT Revitalisasi Bahasa Aceh dan Gayo yang diadakan pada 5-8 Maret 2024 lalu, sekaligus bagian dari tahapan revitalisasi bahasa daerah.
Pj. Walikota Banda Aceh, yang disampaikan oleh staf ahli, Iskandar, S.Sos., M.Si menyampaikan bahwa pihaknya merasa bangga melihat antusiasisme dan komitmen para guru di Kota Banda Aceh mengikuti kegiatan tersebut.
“Bahasa Aceh sebagai identitas diri dan bangsa, dengan memperkuat bahasa daerah, juga memperkuat jati diri dan keberagaman budaya,” kata Iskandar.
Iskandar juga menyebutkan bahwa di Provinsi Aceh sendiri sudah ada instruksi gubernur (ingub) nomor 05/INSTR/2023 tentang Penggunaan Bahasa Aceh, Aksara Aceh, dan Sastra Aceh, yang meminta para pihak untuk merawat, menjaga, melindungi, mempertahankan, dan mengembangkan bahasa, aksara, dan sastra Aceh.
”Melestarikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu juga penting untuk menjaga keberagaman linguistik dan budaya di suatu daerah. Bahasa daerah mencerminkan sejarah, nilai-nilai, dan tradisi yang melekat dalam masyarakat, dan dengan mempertahankan bahasa daerah berarti juga mempertahankan keberagaman budaya yang kaya,” tambahnya.
Dari itu Iskandar berharap guru dapat menjadi agen perubahan dalam melestarikan bahasa daerah Aceh di lingkungan sekolah dan masyarakat.
“Mari bersama-sama menjaga dan memerkaya bahasa daerah Aceh untuk generasi yang akan datang,” tutupnya.
Sementara itu Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Drs. Umar Solikhan, M. Hum, menjelaskan bahwa revitalisasi bahasa daerah perlu dilakukan mengingat 718 bahasa daerah di Indonesia, sebagian besar kondisinya terancam punah dan kritis.
Saat ini, kata Umar, para penutur jati bahasa daerah banyak yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa ke generasi berikutnya, sehingga khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan akan bahasa daerah terancam punah,” kata Umar.
“Guna mengatasi hal ini, pemerintah menekankan prinsip dari program revitalisasi bahasa daerah ini adalah dinamis, adaptif, regenerasi dan merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya,” kata Umar.
Lebih lanjut disampaikan, dinamis, berorientasi pada pengembangan dan bukan sekedar memproteksi bahasa. Adaptif dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat tuturnya. Regenerasi dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah, serta merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya.
Dalam kegiatan revitalisasi bahasa daerah ini, pohaknya melibatkan secara intensif keluarga, para maestro,a dan pegiat pelindungan bahasa dan sastra dalam penyusunan model pembelajaran bahasa daerah, pengayaan materi abahasa daerah dalam kurikulum, dan perumusan muatan lokal kebahasaan dan kesastraan.
“Program revitalisasi bahasa daerah merupakan program kolaboratif. Tidak hanya dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) bersama Balai/Kantor Bahasa di Indonesia. Tetapi, bekerja sama dengan pemerintah daerah,” jelasnya.
Umar menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan tahun kedua bagi Balai Bahasaa Provinsi Aceh melaksanakan kegiatan revitalisasi bahasa daerah sestelah sebelumnya 2023 RBD difokuskan pada Bahasa gayo yang ada di tiga Kabupten yaitu, Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues.
“Alhamdulillah Pemerintahan Kabupaten Bener Meriah memberikan dukungan yang luar biasa untuk kegiatan RBD ini dengan melaksanakan kegiatan pelatihan/bimtek mandiri dengan menambah 180 peserta pelatihan, hingga pada 2023 RBD Gayo melampui target yang ditetapkan sejumlah 250 menjadi 430 peserta,” jelasnya.
Atas prestasi ini, kata dia, Pj. Bupati Kabupaten Bener Meriah mendapatkan penghargaan dari mendikbudristek atas kontribusinya dalam menyokong dan mensuskeskan RDB tepatnya pada Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) di Jakarta pada 1–5 Mei 2024 lalu.
Tahun 2024 ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan menetapkan target sebesar 423 peserta yang terlibat dalam kegiatan RBD Aceh dan Gayo.
“Tentunya diharapkan kepada ke enam kabupaten; Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Banda Aceh, Aceh Besar, dan Pidie, yang diamanahkan untuk mengemban tugas mulia ini agar sama-sama berjuang untuk mencapai target peserta tersebut untuk menyukseskan kegiatan RDB di Provinsi Aceh,” pungkasnya. (Rel)